Prespektif 2013 - 2014,,

disela sela penghujung tahun adalah hal yang menakjubkan dan juga membingungkan serta menyedihkan bagi sebagian orang, tidak menutupkan kemungkinan juga merupakan hari-hari biasa dan tidak ada bedanya dengan hari yang dilalui bagi sebagian orang yang lain.

ya tak lain dan tak bukan adalah tahun baru masehi yang biasanya disebut dengan tahun baru saja, baik umat muslim dan non muslimpun ikut merayakan tahun ini,,
apakah sih sebenarnya tahun baru ini, dan bagaimana sejarahnya. hal inilah yang seharusnya kita luruskan agar pengetahuan kita dan bagaimana seharusnya kita menyikapi tahun ini.

Dalam sebuah artikel yang pernah saya baca bahwa Awal muasal tahun baru 1 Januari jelas dari praktik penyembahan kepada dewa matahari kaum Romawi. Kita ketahui semua perayaan Romawi pada dasarnya adalah penyembahan kepada dewa matahari yang disesuaikan dengan gerakan matahari.

Sebagaimana yang kita ketahui, Romawi yang terletak di bagian bumi sebelah utara mengalami 4 musim dikarenakan pergerakan matahari. Dalam perhitungan sains masa kini yang juga dipahami Romawi kuno, musim dingin adalah pertanda ’mati’ nya matahari karena saat itu matahari bersembunyi di wilayah bagian selatan khatulistiwa.

Sepanjang bulan Desember, matahari terus turun ke wilayah bahagian selatan khatulistiwa sehingga memberikan musim dingin pada wilayah Romawi, dan titik tterjauh matahari adalah pada tanggal 21-22 Desember setiap tahunnya. Lalu mulai naik kembali ketika tanggal 25 Desember. Matahari terus naik sampai benar-benar terasa sekitar 6  hari kemudian.

Karena itulah Romawi merayakan rangkaian acara ’Kembalinya Matahari’ menyinari bumi sebagai perayaan terbesar. Dimulai dari perayaan Saturnalia (menyambut kembali dewa panen) pada tanggal 23 Desember. Lalu perayaan kembalinya Dewa Matahari (Sol Invictus) pada tanggal 25 Desember sampai tanggal 1-5  Januari yaitu Perayaan Tahun Baru (Matahari Baru)

Orang-orang Romawi merayakan Tahun Baru ini biasa dengan berjudi, mabuk-mabukan, bermain perempuan dan segala tindakan keji penuh nafsu kebinatangan diumbar disana. Persis seperti yang terjadi pada saat ini.

Ketika Romawi menggunakan Kristen sebagai agama negara, maka terjadi akulturasi agama Kristen dengan agama pagan Romawi. Maka diadopsilah tanggal 25 Desember sebagai hari Natal, 1 Januari sebagai Tahun Baru dan Bahkan perayaan Paskah (Easter Day), dan banyak perayaan dan simbol serta ritual lain yang diadopsi.

Bahkan untuk membenarkan 1 Januari sebagai perayaan besar, Romawi menyatakan bahwa Yesus yang lahir pada tanggal 25 Desember menurut mereka disunat 6 hari setelahnya yaitu pada tanggal 1 Januari, maka perayaannya dikenal dengan nama ’Hari Raya Penyunatan Yesus’ (The Circumcision Feast of Jesus)

Pandangan Islam terhadap Perayaan Tahun Baru

’Ala kulli hal, yang ingin kita sampaikan disini adalah bahwa ’Perayaan Tahun Baru’ dan derivatnya bukanlah berasal dari Islam. Bahkan berasal dari praktek pagan Romawi yang dilanjutkan menjadi perayaan dalam Kristen. Dan mengikuti serta merayakan Tahun baru adalah suatu keharaman di dalam Islam.

Dari segi budaya dan gaya hidup, perayaan tahun baruan pada hakikatnya adalah senjata kaum kafir imperialis dalam menyerang kaum muslim untuk menyebarkan ideologi setan yang senantiasa mereka emban yaitu sekularisme dan pemikiran-pemikiran turunannya seperti pluralisme, hedonisme-permisivisme dan konsumerisme untuk merusak kaum muslim, sekaligus menjadi alat untuk mengeruk keuntungan besar bagi kaum kapitalis.

Serangan-serangan pemikiran yang dilakukan barat ini dimaksudkan sedikitnya pada 3 hal yaitu (1) menjauhkan kaum muslim dari pemikiran, perasaan dan budaya serta gaya hidup yang Islami, (2) mengalihkan perhatian kaum muslim atas penderitaan dan kedzaliman yang terjadi pada diri mereka, dan (3) menjadikan barat sebagai kiblat budaya kaum muslimin khususnya para pemuda.

Ketiga hal tersebut jelas terlihat pada perayaan tahun baru yang dirayakan dan dibuat lebih megah dan lebih besar daripada hari raya kaum muslimin sendiri. Tradisi barat merayakan tahun baru dengan berpesta pora, berhura-hura diimpor dan diikuti oleh restoran, kafe, stasiun televisi dan pemerintah untuk mangajarkan kaum muslimin perilaku hedonisme-permisivisme dan konsumerisme.

Kaum muslim dibuat bersenang-senang agar mereka lupa terhadap penderitaan dan penyiksaan yang terjadi atas saudara-saudara mereka sesama muslim. Dan lewat tahun baruan ini pula disiarkan dan dipropagandakan secara intensif budaya barat yang harus diikuti seperti pesta kembang api, pesta minum minuman keras serta film-film barat bernuansa persuasif di televisi.

Semua hal tersebut dilakukan dengan bungkus yang cantik sehingga kaum muslimin kebanyakan pun tertipu dan tanpa sadar mengikuti budaya barat yang jauh dari ajaran Islam. Anggapan bahwa tahun baru adalah “hari raya baru” milik kaum muslim pun telah wajar dan membebek budaya barat pun dianggap lumrah.

Nah, ada beberapa orang menyikapinya dengan cara mereka dan perenungannya,

MENAKJUBKAN,, hal ini yang menjadikan tahun baru terasa istimewa dibenak mereka, mulai dari perayaannya, bagi kaum muda mudi meniupkan terompet, berboncengan di malam hari dengan menggunakan sepeda motor dengan menaikinya tidak sewajarnya, dalam arti juga bisa dikatakan senang dengan keadaan yang mereka alami selama ini selama beberapa tahun baru yang lalu. dalam balutan cantik nan halus inilah bagaikan gemerlapan yang dikiaskan dengan surga dunia. padahal sebenarnya hal itulah merupakan sebagian dari perbuatan yang tidak ada manfaatnya.

MEMBINGUNGKAN,, hal biasanya yang membingungkan adalah bagi khlayak sebagian pemuda mudi, dimana dia akan merayakan tahun barunya, dengan siapa dia akan merayakan tahun barunya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perayaan tahun barunya..

MENYEDIHKAN,, hal inilah bagi orang yang memang menjadikan tahun baru ini sebagai hal untuk melangkah ke sesuatu yang lebih baik,,terlepas dari konsep tahun baru yang memang merupakan tahun yang awal mula dari ROMAWI, kesedihan mereka disebabkan dari bermacam-macam, 1. mereka sedih melihat orang yang merayakan tahun baru dengan berbagai hal yang memang banyak menimbulkan madharatnya, padahal hal-hal yang mereka lakukan benar-benar bukan budaya kita sebagai orang islam, 2. bagi sebagian mereka yang membuka KALEDEISKOP nya di masa lalu ingat betapa besar kesalahn-kesalahan yang telah dilakukan selama ini, hal inilah yang akan digunakan sebagai pijkannya dalam meninggalkan hal-hal yang buruk untuk kebaikan ditahun masa depannya,,

semoga kita semua bisa menyikapinya dengan hal-hal yang positif dalam budaya keislaman kita..

Wallahu a'lam ..

Tulungagung, 29 Desember 2013