FOTO BERSAMA ANGGOTA SPN DI WISMA SARGEDE JOGJAKARTA
Sudah berlalu satu minggu yang lalu,
tepatnya tanggal 10 April 2016, saya mendapatkan kesempatan yang sangat
langka. Barangkali kelangkaan kesempatan ini biasa di mata para pegiat
literasi, akan tetapi bagi saya kelangkaan ini adalah anugerah yang
patut saya syukuri.
Bagaimana tidak? di Wisma Sargede Yogyakarta,
saya berkesempatan bertemu dan menimba ilmu dari pakar kepenulisan.
Kesempatan ini terselenggara dalam rangkaian KOPDAR II Sahabat Pena
Nusantara (baca:SPN). Ir. Hernowo
misalnya, dalam dunia literasi beliaulah the king of "mengikat makna".
Beliau menjelaskan cara membaca yang efektif, sehingga makna dari sebuah
tulisan dapat disibak dan direnungkan. Dan kemudian intisarinya dapat
dijadikan bahan untuk menulis sesuai dengan tema yang dibutuhkan.
Bapak Dr. Much Khoiri,
M.Si. memberikan strategi bagaimana cara menulis yang istiqomah dalam
kesibukan. Bahkan, beliau meyakinkan para peserta, pada sisi
fundamentalnya semua orang pasti sibuk, sehingga beliau menuturkan
tehnik kelas wahid bagaimana supaya kita mampu menulis satu artikel
setiap hari. Penulis buku "Pagi Pegawai Petang Pengarang" ini berbagi
ilmu dengan ciri khasnya, unik, menggelitik, mengalir, berdesir, dan
membius para peserta KOPDAR. Apalagi ditambah dengan puisi WS RENDRA
yang dibacakan dengan fasih dan mempesona menambah semarak KOPDAR SPN.
Tidak ketinggalan adalah inspirator, motivator, sekaligus bisa saya
sebut sebagai Kyai saya dalam ranah kepenulisan, yaitu Bapak Dr. Ngainun Naim,
M.H.I (Pak Na'im), melalui beliaulah awal saya belajar menulis. Dari
berbagai buku dan status beliau di medsos saya belajar merangkai kata
demi kata sehingga tersimpul menjadi sebuah kalimat. Beliau menuturkan,
awal mula dunia kepenulisannya mulai dari kecil sampai seperti sekarang
ini yang dibingkai dalam tema "menulis pengalaman personal". Satu hal
yang mampu saya simpulkan dari penjelasan Bpk Naim, semangat belajar
menulis tanpa pantang menyerah, seperti semangat beliau ketika mengirim
tulisan yang ditolak redaktur sampai 24 kali yang pada akhirnya tulisan
yang ke 25 nya lah yang diterima.
Bapak Prof. Muhammad Chirzin
(Prof. Muh) menjelaskan filosofi-filofi dalam berliterasi. Sungguh
Prof. Muh memberikan ilmu yang sangat luar biasa dalam tataran dibalik
makna dan tafsir filosofi-filosofi dari para ilmuan. Tidak dipungkiri
Prof. Muh adalah GUBES dalam bidang Tafsir, sehingga sayang jika ilmunya
saya lewatkan begitu saja.
KOPDAR II ini memberikan efek positif
bagi para peserta, baik menulis dan membaca, saya sendiri khususnya
merasakan suntikan spirit yang berharga dalam jumpa para penulis SPN.
SPN yang dipupuk dan disinergikan dengan rasa kekeluargaan ini, menambah
para peserta tidak lagi merasa minder ketika belajar kepada para master
kepenulisan, tentunya tetap dalam koridor akhlaq tata krama dan rasa
hormat yang dijunjung tinggi.
Salam hormat saya kepada Pak M Husnaini (ketua umum SPN), Ibu Dr. Amie Primarni (ketua pelaksana KOPDAR II), Ibu Rita Audriyanti-Kunrat yang datang jauh-jauh dari Kuala Lumpur, Mas Haidar Musyafa, Mbak Hidayatun Mahmudah, Mas Ra Djie Kien, Mas Athiful Khoiri, Mas Muhammad Ridha Basri, Mas Fatah Anshori, Mas Muhammad Choirur Rokhim, Mbak Ukhty Dewi Purwati dan sahabat-sahabat yang lain, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu serasa sebagai keluarga baru.


3 Komentar
Berkumpul para penulis handal. Mantab. Ketika membaca tulisan ini terasa enak
BalasHapusIya Bu. Ketika berkumpul dengan penulis hebat. Seolah-olah semangat kita menjadi membuncah...
HapusKeren Bapak.
BalasHapus