Berbicara tentang cinta, memang tiada habisnya. Cinta mempunyai banyak definisi maupun arti, bahkan seseorang mengaku cinta, namun ketika ditanya apa itu cinta dia pasti tidak mampu untuk menguraikannya dengan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat yang menunjukan arti kta cinta. Betapa peliknya cinta, cinta oh cinta.
Saya teringat puisi cinta yang dibacakan oleh Anna Althafunnisa dalam film KCB, filem yang membuat pemuda-pemudi bangsa ini menjadi trenyuh dan letoy bagaikan sayur wortel yang awalnya keras—setelah direbus menjadi lunak. Arti gampangnya cemen.
Puisi tersebut berbunyi, “Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya. Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur. Cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan.” Puisi ini sebenarnya adalah petikan dari karangan Rumi dalam Diwan Shamsi Tabriz.
Puisi di atas memberikan pencerahan kepada kita, bahwa sebenarnya cinta sudah diuraikan maknanya. Cinta itu ajaib, cinta itu misteri, cinta itu unik juga rumit. Terkadang cinta membuat seseorang menjadi senang bahagia, namun juga tidak ketinggalan suatu ketika membuat perasaan menjadi sedih tak terperi.
Petikan lagunya almarhum Gombloh pun juga tidak ketinggalan memberikan pesan untuk definisi cinta, “Bila cinta sudah melekat, (maaf) tahi kucing rasa coklat”. Lirik yang sedikit lebay, namun kita semua percaya hal seperti itu bisa terjadi.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah—dalam kitabnya “Madarijus Salikin” ikut berbicara tentang cinta, bahwa tidak ada definisi cinta yang lebih jelas dari pada kata cinta itu sendiri. Bahkan jika didefinisikan, justru akan membuat maknanya semakin kabur dan kering. Hakikat cinta ya kata cinta itu sendiri.
Setiap manusia—pada fitrahnya dikarunia rasa cinta, mari kita objektif memandang cinta. Pastilah semua orang memiliki suka dengan lawan jenis, ketika kita dekat dengan seseorang yang kita punya rasa dengan seseorang itu, jantung semakin berdegup kencang, perasaan tak karuan, keringat semakin mengucur deras, terjadi salah tingkah, dan tak jarang menjadi kikuk. Itu semua wajar dan normal. Justru apabila ini tidak terjadi terhadap orang itu, maka patut ditanyakan sisi kenormalannya.
Ibnu Qayyim membagi definisi cinta menjadi dua. Cinta secara maknawi (ruhiyah) dan secara materi (Madiyah). Cinta secara ruhiyah adalah jika yang dicintai objeknya Allah, malaikat-malaikat -Nya, dan rasul-rasul -Nya, maka cinta bermakna “Kebersihan dan kebahagiaan jiwa serta kebangkitan akal da hati, terhadap apa yang dicintainya. Pada pucaknya seseorang tersadar bahwa apa yang dicintainya lebih agung dari pada segala hal yang dimilikinya. Bahkan cintanya tidak dikatakan cinta sejati, sebelum dirinya merasa yakin dan tulus berkorban dengan segenap jiwa terhadap apa yang dicintainya itu”.
Sementara cinta secara materi adalah, jika objek yang dicintai adalah manusia atau hal-hal keduniaan, maka cinta akan bermakna: “Kenikmatan-kenikmatan jiwa dan kepuasan raga yang biasa dirasakan seseorang yang sedang mencintai. Kenikmatan dan kepuasan tersebut bisa dirasakan secara langsung.
Itulah dua definisi cinta dan cara mencintai yang diungkap oleh Ibnu Qayyim. Kita sah-sah saja mendefinisikan kata cinta, sebab tidak ada aturan baku untuk menguraikannya. Setiap orang orang mempunyai perasaan berbeda ketika merasa mencintai terhadap seseorang atau sesuatu. Tak akan sama.
Pembahasan tentang cinta ini tak ada habisnya, melebihi dari pembahasan raja Salman bin Abdul Aziz tentang kunjungan kerjanya ke Indonesia. Pasti satu atau dua bulan ke depan pembahasan tentang raja dan rombongannya akan tenggelam dengan isu-isu yang lebih hangat. Tetapi tidak dengan cinta, dia akan abadi dan akan menjadi pembahasan yang mampu menembus zaman, ruang, dan waktu.
Cinta sejati mempengaruhi detak jantung kehidupan. Ia bagaikan melodi suci yang didendangkan malaikat-malaikat dari langit. Begitu menenangkan. Bertaburkan warna dan suka cita. Mengharuskan aroma wangi yang menenangkan ke dalam jiwa manusia.
Cinta bagaikan purnama yang menerangi langit kelam. Begitu terang, begitu menakjubkan. Ia menyegarkan di musim panas dan menghangatkan di musim penghujan. Cinta adalah segala-galanya. Gunakanlah cinta dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya cinta, jangan sampai mengumbar cinta—yang bisa mengakibatkan kehilangan cinta sejati itu sendiri.

0 Komentar