Hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan ini adalah belajar, di mana belajar pasti dialami oleh setiap makhluk. Baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Belajar melibatkan banyak unsur, mulai dari pendidik, pengajar, dan juga subjek pembelajar itu sendiri.
Pendidikan dan pengajaran yang hebat tidak hanya menjadikan anak itu pintar, akan tetapi lebih dari itu menjadikan anak berwawasan luas, cerdik pandai, mandiri, mampu menghadapi berbagai macam persoalan dengan bijak, dan juga mampu memberikan solusi pada setiap permasalahan di dalam kehidupannya.
Siswa boleh saja mendapatkan nilai 9 di raportnya, mahasiswa juga boleh mendapatkan IPK 4 (sangat memuaskan). Akan tetapi nilai-nilai itu nantinya tidak akan berlaku apa-apa dalam menghadapai persoalan hidup. Dalam persoalan kehidupan, sering kali yang dihadapi bukan hanya pada soal matematis mekanistik, tetapi juga ada nilai emosi dan estetik.
Apabila tujuan pendidikan hanya untuk mencetak sosok manusia pintar, maka tujuan pendidikan itu sangatlah dangkal. Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia dan menjadikan manusia yang berakhlak
Memanusiakan manusia berarti menjadikan manusia seutuhnya. Manusia yang bermanfaat bagi manusia lain, mampu menggunakan akalnya sehingga menjadi pondasi masa depan bangsa. Bayangkan jika manusia tidak mampu menggunakan akalnya. Pasti keadaan ini akan menghancurkan moral bangsa. Bahkan dikatakan manusia yang tidak mampu menggunakan akalnya, berarti lebih hina daripada binatang. Bukan sekadar onggokan kalimat belaka, karena pada dasarnya binatang tidak dikaruniai akal seperti manusia yang dikenal dengan “ahsanul kholiqin” (sebaik-baiknya makhluk).
Di samping tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia, pendidikan juga harus mampu menjadikan akhlak pembelajar menjadi lebih baik. Dalam hal ini patutlah kita bercermin pada Nabi Muhammad yang merupakan pendidik sejati. Innamaa bu’its tu li utammimaa makaarimal akhlaaq (sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak).
Sudah terpampang jelas bahwa Nabi Muhammad diturunkan ke alam semesta ini untuk Rahmatal Lil’alamiin penyempurnaan akhlak. Sehingga pendidikan yang merupakan salah satu dari sebagian cara untuk membentuk pribadi manusia yang utuh harus kita kembalikan ke tujuan yang sejati.
Bagi Rasulullah SAW orang yang dinilainya paling mulia bukanlah mereka yang paling pandai atau paling fasih bicaranya, tetapi menurut Rasulullah SAW orang yang paling mulia adalah paling mulia akhlaknya.


2 Komentar
Sarapan pagi yang sangat bernutrisi.
BalasHapusMantap.
Seperti biasa selalu mencerahkan Bapak. Terima kasih.
BalasHapus