Dalam kehidupan, saya kira kejujuran merupakan sebuah harga mati. Bukan jujur kacang hijau, seperti yang seseorang lontarkan sebagai plesetan ketika bergurau dengan kawannya. 

Sama seperti di dalam slogan prajurit atau TNI, mereka mempunyai semangat membara atas kalimat NKRI harga mati.

Dalam kitab epos terbesar, MAHABARATA, ada perang yang tak terhindarkan, perang saudara bernama Bharatayudha. Dalam perang yang terjadi antara pandhawa melawan kurawa. Di balik peperangan tersebut, terkenal sosok yang sangat jujur, yaitu dari pihak pandhawa, bernama Yudhistira.

Konon, Yudhistira yang terkenal dengan kejujurannya sempat berbohong di hadapan Resi Durna, yang tidak lain adalah gurunya sendiri. Lantas, Dewa menghukum Yudhistira dengan membenamkan beberapa senti roda keretanya ke tanah dalam keadaan perang.

Terlepas ada tidaknya kisah di atas, ada apa tidak kenyataannya, kita boleh percaya atau tidak, tetapi jangan bilang bahwa kita meragukan Allah yang mampu menghukum kita akibat ketidakjujuran dengan lebih dahsyat lagi.

Dewa saja mampu menenggelamkan Yudhistira, apalagi Allah, Dia mampu menenggelamkan Qorun, yang bersikukuhkan bahwa harta yang diraih adalah hasil kerja kerasnya. Apalagi dengan kita, dalam sekejap Allah mampu menenggelamkan segala yang kita banggakan.

Jujur bukanlah semata-mata tidak berkata dusta. Al Hadits menyatakan, "Katakanlah yang benar walaupun itu pahit", hakikatnya memerintahkan kita agar berlaku jujur dengan kata-kata. Tetapi jangan lupa dengan Sabda Nabi "Andaikan Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya" mengajarkan kita agar berperilaku jujur dengan tingkah laku.

Ada orang yang baru saja memeluk Islam bertanya kepada Nabi, bahwa ia belum mampu mengikuti gerakan sholat dan kewajiban lainnya, seketika Nabi hanya memintanya untuk berlaku jujur. Ada seorang warga negara asing yang baru masuk Islam, yang belum bisa mengerjakan sholat dan berpuasa. Orang asing itu hanya diminta untuk jujur saja terlebih dahulu, orang itu kaget bukan kepalang, betapa Islam menjunjung tinggi nilai suatu kejujuran.

Ketika kita menyaksikan perilaku orang yang sudah bisa mengerjakan sholat dan puasa, namun tidak mampu berperilaku jujur, baik dalam hati, perkataan, dan tingkah laku. Terkadang hati kecil kita marah dan ingin memberikan peringatan kepada mereka. Cara yang paling arif dan bijak saya kira adalah seyogianya kita berintrospeksi diri. Apa kita sudah lebih baik dari mereka, atau malah lebih buruk dari apa yang mereka perbuat.