Sosok ibu yang berpoto dengan saya biasa dipanggil Bu Anis. Beliau adalah guru saya ketika duduk di bangku MI, sekolah setingkat SD di bawah naungan DEPAG waktu itu, sekarang KEMENAG. Bagi saya beliau tidak hanya mengajarkan pelajaran pengetahuan yang memerlukan kemampuan olah pikir, namun lebih dari itu. Beliau mendidik siswa-siswi yang super bandel bin dablek.

Saya masih ingat betul, ketika kelas 6 MI. Beliau mengajar matematika, waktu itu kami satu kelas yang laki-laki waktu pelajaran beliau masih enak-enakan di kantin, kami tak peduli dan apatis dengan pelajaran, akhirnya beliau menghampiri kami di kantin.

Marah, pasti. Tapi kemarahan beliau wajar dan bukan karena tak suka dengan kita, tetapi lebih daripada untuk memberikan pengajaran dan pendidikan, betapa pentingnya belajar, betapa pentingnya waktu yang kami buang dengan sia-sia.

Sampai di kelas kami dinasehati dengan berbagai ragam kalimat bijak dan penuh motivasi untuk kebaikan kami di masa depan yang masih panjang.

Saya yakin, berkat beliaulah kami semua mampu menjalani hidup lebih baik, bisa jadi tanpa beliau hari ini kami masih berada satu langkah di belakang, dan kami yakin keberhasilan yang ada di depan sana dimulai dari satu langkah kecil yang sering terlupa yang pada sisi hakikat sebenarnya itu sangatlah berarti.

Terima kasih Bu Anis, semoga selalu diberikan kesehatan, doakan kami Bu, semoga selalu sukses di dunia sekaligus akhirat. Kami bukan mantan murid Ibu, tapi kami selamanya adalah murid Ibu. Tak ada kata mantan guru dan mantan murid.

#MINUTI2002