Ahmad Fahrudin
Saya sering ditanya oleh beberapa kawan. Bagaimana cara menerbitkan buku? Saya jawab sederhana, cara menerbitkan buku yaitu jika sudah mempunyai tulisan kemudian diterbitkan dengan mengirimkan kepada penerbit.
Soal mau diterbitkan secara mandiri atau mayor, saya rasa itu soal pilihan saja. Bagi dia yang merasa kekurangan pada aspek biaya, pilihan yang tepat adalah di pernebit mayor. Bagi yang sudah ada modal biaya, meski tidak banyak, menerbitkan secara mandiri juga tidak ada salahnya.
Pertanyaan kawan-kawan tentang cara menerbitkan buku merupakan spirit tersendiri. Perkara semacam ini menjadi indikasi bahwa menulis dan kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku mengalami sebuah peningkatan di dunia literasi.
Sebenarnya buku yang saya terbitkan secara solo-mayor belum banyak, lebih banyak adalah buku yang saya terbitkan secara antologi dan itu diterbitkan secara mandiri.
Menulis buku secara keroyokan kemudian diterbitkan secara mandiri, saya rasa--paling tidak menurut saya--merupakan sebuah upaya merawat semangat menulis.
Saya merasakan betul ketika buku antologi ditulis kemudian terbit, ada aura magis yang menyelimuti emosi. Semaian semangat, motivasi, kebanggaan, dan rasa puas muncul tak terperi. Ini baru buku antologi yang diterbitkan mandiri. Belum buku solo yang diterbitkan secara mayor, betapa senang dan bahagianya, Anda mau merasakan. Nulis dulu kemudian terbitkan di penerbit mayor.
Siapa yang tidak bahagia jika bukunya mejeng di rak toko buku nasional bersama buku-buku penulis lainnya. Siapa yang tidak bangga ketika dikabari orang yang berada di seberang pulau tiba-tiba bukunya memberikan motivasi hidup untuk orang lain. Siapa pula yang tidak terharu ketika bukunya mampu membuat orang lain bertransformasi diri menjadi lebih baik. Saya rasa semua akan merasakan bangga, terharu, dan bahagia dengan itu semua.
Terakhir, tidak ada cara paling tepat--sebatas pengalaman saya--untuk menerbitkan sebuah buku, kecuali jika Anda benar-benar mulai menggoreskan pena sekarang juga.


10 Komentar
Suntikan maut, eh jitu, Bapak. Terima kasih. :)
BalasHapusSuntikan maut, eh jitu, Bapak. Terima kasih. :)
BalasHapusTerima kasih Mbak...
HapusTulisan yang memberikan motivasi mas,
BalasHapusMenggoreskan pena lewat tulisan lebih abadi dari pada hanya sebatas ucapan...
Betul sekali Pak...
HapusMantap
BalasHapusTerima kasih Bu Eni...
HapusTrimakasih pak tulisanya ...
BalasHapusSama-sama Mas...
Hapusomjay juga merasakan kebahagian tingkat dewa ketika buku omjay ada di toko buku gramedia, serasa sukses jedi penulis, hehehe
BalasHapus