Anugerah
Menulis Buku
Oleh: Ahmad Fahrudin
Sebuah anugerah bisa datang dari mana saja. Termasuk
anugerah dalam menulis buku, hasilnya tentu sebuah buku. Buku menjadi sesuatu
yang menarik dan bisa menjadi sebuah bahan kajian serius. Ada banyak genre buku
yang ditulis oleh seorang penulis, ada aksi, fantasi, drama, fiksi, sejarah,
romansa, dan lain sebagainya.
Bagi seorang penulis, setelah buku berhasil ditulis dan
dicetak maka karya semacam ini menjadi sebuah kebahagiaan. Mungkin bagi orang
lain akan terasa biasa saja, akan tetapi bagi si penulis nilainya tidak bisa
ditukar dengan uang.
Sebuah pengalaman yang saya alami, saya menganggapnya
sebuah anugerah. Januari tahun 2021 ada seorang mahasiswi yang mengirim pesan
via WhatsApp, sebenarnya cerita ini
sudah saya tuliskan pada blog saya, akan tetapi tulisan itu hanya mengisahkan
komunikasi awal saya dengan mahasiswi tersebut (https://masfahroe.blogspot.com/2021/01/sederhana-dan-luar-biasanya-karya.html). Inti dari pesan yang disampaikan bahwa
mahasiswi tersebut meminta izin dan berniat memakai buku saya yang berjudul
“Menjadi Guru Super” sebagai bahan kajian dalam penulisan skripsinya.
Sebenarnya buku yang saya tulis ini terbit pada tahun 2019, sehingga hampir
berjalan satu tahun buku saya beredar di toko buku nasional semacam Gramedia.
Kemudian beberapa data yang penting untuk penulisan
laporan yang diminta saya berikan. Sampai di situ saya sudah lama tidak
mendengar kelanjutan dari skripsi yang ditulis. Bagaimana dengan proses
penulisan skripsinya, apakah sudah selesai, setengah jalan, atau bahkan sama
sekali tidak berlanjut. Kondisi semacam ini saya kira menjadi sebuah
kemungkinan yang terjadi dalam proses menulis skripsi.
Setahun kemudian, tepatnya 14 Januari 2022, mahasiswi
yang izin menggunakan buku saya untuk menulis skripsi kembali menyapa saya
lewat WhatsApp, setelah memberikan
salam dan saya jawab, dia menyampaikan maksud dan tujuan mengenai beberapa hal
tentang proses kreatif saya dalam menuliskan buku yang menjadi bahan kajiannya.
Saya sangat senang bisa membantu menyelesaikan skripsinya. Di akhir percakapan
mahasiswi tersebut mengirimkan file berupa skripsi yang siap untuk disidangkan.
Saya berterima kasih dan saya do’akan semoga lancar sidang skripsinya.
Sungguh, saya tidak menyangka buku yang saya tulis bisa
memberikan sebuah motivasi dan inspirasi bagi seorang mahasiswi. Apalagi
digunakan bahan kajian di dalam menuliskan skripsi, bahkan buku yang saya tulis
saat ini siapa yang memilikinya sayapun tidak tahu. Inilah yang saya sebut
dengan anugerah menulis buku. Kalimat sohor yang sering diucapkan adalah
tulisan akan menemukan takdir pembacanya, atau ada kalimat lain sesederhana
tulisan yang ditulis, pasti akan bermanfaat bagi orang lain.
Saya sendiri mengakui bahwa buku yang saya tulis banyak
kekurangan. Bahasa yang saya gunakan juga tidak ilmiah seperti buku-buku yang
lain. Beberapa catatan tentang kelemahan buku saya juga dituliskan di dalam
skripsi mahasiswi tersebut. Saya sangat tercerahkan dengan beberapa catatan
tersebut, sehingga sebagai masukan bagi saya ketika nanti menulis sebuah buku.
Saya kira inilah bagian penting yang tidak terpisahkan ketika buku kita dikaji
oleh orang lain.
Ada sebuah catatan menarik yang ditulis oleh Sri Hapsari Wijayanti, dkk. Yang dikutip oleh Ngainun Naim, “Tradisi keilmuan menurut para ilmuan (khususnya mahasiswa) bukan sekadar penerima ilmu, melainkan sekaligus pemberi (penyumbang) ilmu. Tugas mereka tidak hanya membaca karya ilmiah, tetapi harus juga menulis karya ilmiah”. Jika direnungkan kalimat ini memberikan sebuah refleksi yang menggugah tidak hanya untuk mahasiswa, akan tetapi juga untuk seseorang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan untuk terus memproduksi ilmu pengetahuan.
Substansinya adalah bagaimana seseorang baik dia
berstatus sebagai pelajar, mahasiswi, guru, dosen, atau pun pengamat pendidikan
tidak hanya menerima pengetahuan dari berbagai sumber, melainkan harus
menghasilkan pengetahuan yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum secara lebih
luas.
Apa yang dilakukan oleh mahasiswi tadi, saya kira adalah
bagian dari cara mereproduksi sebuah ilmu pengetahuan. Yaitu lewat cara
mengkaji sebuah buku, kemudian mengkaji, mencatat kelebihan, mencatat
kekurangan, dan menguraikan hal-hal terpenting dari sebuah karya yang telah
diciptakan. Kondisi semacam inilah yang saya kira menjadi sebuah anugerah menulis
buku.

3 Komentar
Semangat berkarya
BalasHapusMas Aris memang Idola kita semua...
BalasHapusApakah sudah pantas?
Hapus